Sabtu, 20 Desember 2014

Makalah Penjas tentang Lompat tinggi gaya Guling

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah dan motivasi dari Guru Bidang Study PENJAS maka kami kelompok dengan semangat  bisa menyelesaikan sebuah makalah Penjas yang berjudul
LOMPAT TINGGI

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. kami mengucapkan terimakasih kepada GURU BIDANG STUDY PENJAS ( Pak.ELI ) yang telah membimbing kami dalam menghadapi berbagai kesulitan Pelajran di sekolah dan dalam penyusunan makalah ini.

kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasi.
















DAFTAR ISI


v  KATA PENGANTAR
v  DAFTAR ISI
v  BAB I PENDAHULUAN
a.      Latar belakang
b.      Maksut dan tujuan
v  BAB II PEMBAHASAN
a.      Devenisi lompat tinggi gaya guling.
b.      Cara melakukan Lompat tinggi.
v  BAB III PENUTUP
a.      Kesimpulan
b.      Daftar Pustaka






















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia, dalam era globalisasi ini tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas perubahan (Inovasi) sebagai akibat canggihnya teknologi informasi, telekomunikasi , tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada pasar bebas,serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang tinggi di berbagai bidang kehidupan. Suka/ tidak suka, mau/tidak bangsa Indonesia harus mengikutinya jika tidak akan ketinggalan dan mungkin disebut Negara “primitif”
Globalisasi adalah suatu proses tatanan sosial yang mendunia dan tidak berbatas atau tak mengenal batas wilayah. Globalisasi  adalah suatu proses dari gagasan yang sengaja dicari dan dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.

B.  Maksud dan Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini, mengandung maksud dan tujuan yaitu :
-          Sebagai bahan ajar penulis sendiri
-          Agar para pembaca lebih mengerti tentang dampak globalisasi terhadap kehidupan sehari-hari.
-          Sebagai pemenuhan dari tugas yang diberikan kepada penulis.



BAB II PEMBAHASAN


Lompat Tinggi Gaya Guling (straddle)


Gaya guling (straddle)
 merupakan salah satu gaya dalam cabang atletik lompat tinggi. Gerakannya dimulai dengan awalan badan yang menumpu pada satu kaki, kemudian tubuh diangkat dari titik tertentu ke titik lain yang lebih tinggi. Saat melayang, posisi tubuh seperti sedang merangkak atau tiarap dan ketika melewati palang didahului oleh tangan kanan, kepala, badan, dan kaki kanan. Gerakan diakhiri dengan mendarat menggunakan punggung.

1. Pengambilan Awalan
    Untuk menghasilkan lompatan yang tinggi, perlu diperhatikan jarak awalan yang diambil. Pengambilan jarak awalan dilakukan sesuai dengan penempatan kaki tolak yang paling kuat.
Langkah-langkah berikut dapat dilakukan sebagai latihan.
a. Jarak awalan diambil sejauh tiga langkah dari garis bayangan tolakan ke lintasan awalan.
b. Dalam lompat tinggi gaya guling, awalan dilakukan dari samping.
c. Jika kaki kiri digunakan sebagai tolakan, mulailah melangkahkan kaki kanan ke arah lintasan awalan.
d. Kaki kiri ditempatkan di atas garis bayangan tolakan.
e. Langkah ketiga berakhir dengan kaki kanan.
Lakukan latihan sesering mungkin. Perhatikan bahwa pengambilan jarak awalan dilakukan dengan menempatkan kaki tolak di atas garis bayangan tolakan.

2. Menetapkan Kaki Tolak

    Penetapan kaki tolak sangat berperan dalam pencapaian jarak lompatan yang tinggi. Seorang pelompat harus menetapkan kaki tolak yang benar-benar kuat.
Hal ini dimaksudkan agar dapat mendorong tubuh melayang tinggi ke atas.

3. Mencari Jarak Lambungan
    Untuk dapat memastikan sejauh mana jarak lambungan tubuh melayang ke atas secara normal dibutuhkan suatu latihan. Latihan tersebut dapat dilakukan di tempat yang rata. Dalam beberapa langkah, gerakan diakhiri dengan penempatan kaki tolak dan paha kaki yang di depan diangkat ke atas secara vertikal. Lakukan langkah yang panjang untuk mencapai jarak setinggi mungkin dari setiap tolakan.
Lakukan latihan terus menerus hingga dapat dirasakan gerakan menolak yang baik dan terkoordinasi.

4. Karakteristik Lompat Tinggi Gaya Guling
    Karakteristik lompat tinggi gaya guling, yaitu sebagai berikut.
a. Lakukan lari awalan dengan cepat sebanyak langkah yang telah ditetapkan.
b. Lakukan tolakan pada garis bayangan tolakan oleh kaki tumpu yang paling kuat.
c. Angkat kaki yang di depan dan pastikan posisi tubuh seperti akan melakukan tiarap.
d. Lewati palang dengan didahului tangan kanan diikuti dengan kepala, badan, dan kaki kanan. Hal tersebut dilakukan jika yang menolak adalah kaki kiri, begitupun sebaliknya.
e. Biarkan tubuh melayang jatuh ke matras. Pastikan bagian punggung yang pertama kali menyentuh matras secara langsung dengan cara menarik dagu mendekati dada.
f. Kedua tangan berada di samping badan dengan siku ditekuk.




BAB III PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji ketrampilan meompat dengan melewat tiang mistar.Lompat tinggi adalah salah satu cabang dari atletik. Tujuan olahraga ini untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya saat melewati mistar tersebut dengan ketinggian tertentu.Tinggi tiang mistar yang harus dilewati atlet minimal 2,5 meter, sedangkan panjang mistar minimal 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik.Lompat tinggi dilakukan tanpa bantun alat.
Dalam pertandingan, mistar akan dinaikkan setelah peserta berhasil melewati ketinggian mistar. Peserta mestilah melonjak dengan sebelah kaki Peserta boleh mulai melompat di mana-mana ketinggian permulaan yang disukainya Sesuatu lompatan akan dikira batal jika peserta menyentuh palang dan tidak melompat. Menjatuhkan palang semasa membuat lompatan atau menyentuh kawasan mendarat apabila tidak berjaya melompat Peserta yang gagal melompat melintasi palang sebanyak tiga kali bertutrut-turut (tanpa di ambil kira di aras mana kegagalan itu berlaku) akan terkeluar daripada pertandinga Seseorang peserta berhak meneruskan lompatan (walaupun semua peserta lain gagal) sehingga dia tidak dapat menuruskannya lagi mengikut peraturan Ketinggian lompatan di ukur secara menegak dari aras tanah hingga bahagian tengah disebelah atas padang.Setiap peserta akan diberi peluang sebanyak tiga kali untuk melakukan lompatan. Jika peserta tidak berhasil melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk menentukan kemenangan, para peserta harus berusaha melompat setinggi mungkin yang dapat dilakukan.Pemenang ditentukan dengan lompatan tertinggi yang dilewati.



Daftar Pustaka
Panduan Olah raga Atletik.com



Jumat, 19 Desember 2014

makalah sejarah tentang mengenal tulisan

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah hasil riset study pustaka ini dapat terselesaikan.
            Laporan pengamatan ini kami susun untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai Pembagian Zaman Praaksara khususnya berdasarkan Ilmu Geologi dan Arkeologi.
            Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada Ummi Baiq Zurriyatun Sholihah selaku guru bidang studi sejarah yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik
            Kami menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan dan masih mengalami kekurangan baik dari segi isi maupun penyusunannya. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan kami selanjutnya.
            Demikian laporan singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiiiinnnn. . . .











Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
·       Latar belakang
Bab II Pembahasan
·       Tradisi masyarakat sebelum mengenal tulisan
·       Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan
Bab III Penutup
·       Kesimpulan
Daftar pustaka













BAB I
PENDAHULUAN
a.     Latar belakang
      Masa Praaksara ialah suatu masa dimana mayoritas masyarakat belum mengenal tulisan, serta dalam pengungkapan sejarah nya masih secara lisan. Ciri-ciri daripada masa ini ialah, belum mengenal tulisan, pengungkapan sejarah dilakukan secara lisan, dan Masa Praaksara sering disebut sebagai tradisi lisan.
      Dan Masa Praaksara ini sering dikatakan mendahului tradisi tulis/ Masa Aksara. Jejak sejarah dalam tradisi lisan/ Masa Praaksara dapat diikuti dalam sumber-sumber sejarah yaitu sbb,  Folkor, Mitos, Legenda, Upacara-upacara Adat.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.     Tradisi Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan
            Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai berikut.
      -     Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain.
      -     Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu generasi ke generasi yang lain,dst.
      -     Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia.
            Tradisi sejarah masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, nilai moral pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi lisan mengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah leluhur.
            Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.
      Sebagai contoh tradisi lisan:
·         Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.
·         Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya?

B.  Cara Masyarakat Zaman Pra Aksara Mewariskan Masa Lalunya
            Proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat yang eblum mengenal tulisan dilakukan melalui keluarga dan masyarakat atau orang lain disekitarnya.
      a.   Keluarga
            Penggenalan dilakukan dari hal-hal sederhana yang mudah dipahami seperti:
·         aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat)
·         hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material (kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa).
                  Pewarisan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara:
            -     langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang berlaku)
            -     tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).
            -     Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng (sebab dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang tidak boleh dilakukan.
      b.   Masyarakat
                  Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang terstruktur.
            Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui:
            -     Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan antar individu dalam kelompok).
                  Adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk terus dikembangkan dan diperbaharui.
            -     Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara lisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
            -     Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat.
                  Contoh:
                  Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji.
                  Pemimpin kelompok menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya.
            -     Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya.
                  Contoh:
               


                Benda-benda (kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya.
            -    Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat.
                  Seperti:





                  Menhir (tugu batu), merupakan tugu peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah.
C.  Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan
            Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman.
            Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
      a.  Folklor
                  Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun.
                  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
            Ciri-ciri folklor:
·         Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
·          Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
            v     Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
            v     Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
            v     Folklor terdiri atas banyak versi
            v     Mengandung pesan moral
            v     Mempunyai bentuk/berpola
            v     Bersifat pralogis
            v     Lugu, polos
                  Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
            1)   Folklor Lisan
                        Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
                  Folkor jenis ini terlihat pada:
                  (a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
                  (b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
                  (c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
                        Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
                  (d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
                  (e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
                  (f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
            2)   Folklor Sebagian Lisan
                        Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
                  (a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
                  (b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa.
                  (c) Teater rakyat
                  (d) Tari Rakyat
                  (e) Pesta Rakyat
                  (f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
            3)   Folklor Bukan Lisan
                        Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
                  (a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
                        Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
                  (b) Kerajinan tangan rakyat
                        Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
                  (c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
                  (d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
                  (e) Masakan dan minuman tradisional
      b.  Mitologi
            Mite (myth)
                  berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
            Mitologi
                  adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.
                  Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama.
            Cerita yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia dewata, makanan pokok.
            Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya.
            Contoh mite:
            Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali
            Nyai Pohaci dari Jawa Barat
            Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
            Mado-Mado (lowalangi) dari Nias
            Wahadi dari Timor.
      c.   Legenda
            Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
·         Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
·         Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
·         Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
·         Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.
·         Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
            
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan         
      Cara masyarakat pra Aksara mewariskan budayanya ialah:
      1.   Melalui Keluarga
      2.   Melalui Masyarakat
      Jejak-jejak masyarakat sebelum mengenal tulisan :
      1.   Folklore
      2.   Mitologi
      3.   Legenda
      4.   Dongeng
      5.   Lagu-lagu Daerah
      6.   Upacara

DAFTAR PUSTAKA

- http://software-comput.blogspot.com/